Rabu, 31 Agustus 2016

Cara Setting RDS Agar Tampil Di Radio



Cara Setting RDS Agar Tampil Di Radio

RDS atau Radio Data System adalah suatu pesan data berupa teks atau pesan singkat yang dikirimkan melalui sinyal radio, yang nantinya akan diterjemahkan oleh penerima radio, tentunya radio tsb sudah mengaplikasikan RDS, sehingga pesan tsb bisa terbaca di layar radio tsb. RDS sendiri bermacam-macam, diantaranya:
-          RDS ps Text, yaitu untuk mengirimkan pesan teks berupa pesan singkat.
-          RDS radio text, yaitu untuk mengirimkan pesan teks berupa nama radio tsb.
-          RDS PI, yaitu RDS Program Identification, untuk mengitentifikasi nama program radio tsb.
-          RDS PTY, yaitu untuk mengidentifikasi program acara pada radio tsb.
-          Dan masih banyak lagi.
Disini kita akan membahas RDS yang berupa software PC/laptop yang nantinya akan di umpankan ke input pemancar stereo, untuk pemancar mono saya belum mencoba (karena berhasil dipemancar stereo). Software RDS yang digunakan pun beragam, terutama untuk system operasi windows. Berikut contoh RDS yang biasa digunakan adalah RDS Stereo Tool, Airomate, JMPX, dll.

Cara Setting RDS Agar Tampil Di Radio
Nah, untuk PC/laptop yang akan digunakan pun harus mendukung agar RDS bisa berjalan normal, yaitu dengan cara melihat soundcard yang kita pakai. Soundcard yang mendukung aplikasi RDS ini adalah soundcard yang mempunyai bit rate 16 bit, 192 kHz.
Cara melihat bit rate soundcard yang dipakai dengan cara klik Control Panel > Sound > pilih HeadPhone > Properties > Tab Advanced, kita lihat di default formatnya. Jika belum mengarah ke 2 channel, 16 bit, 192000 Hz(Studio Quality), arahkan saja dengan cara klik tanda panah kebawah seperti gambar di bawah ini, lalu klik OK.

Cara Setting RDS Agar Tampil Di Radio
Semoga membantu dan bermanfaat..

Selasa, 30 Agustus 2016

Cara Mengubah File PrintScreen Menjadi File JPG



Cara Mengubah File PrintScreen Menjadi File JPG

PrintScreen adalah dokumentasi layar pada suatu PC atau Laptop yang nantinya akan dijadikan dokumen.  Biasanya hasil dari printscreen di simpan dalam bentuk dokumen office (word, excel,dll). Tapi, bisakah kita menyimpan hasil printscreen dalam bentuk file .jpg? jawabannya bisa, dan bisa dilakukan tanpa aplikasi.
Berikut tata caranya:

1.       PrintScreen layar desktop kita. seperti cotoh dibawah ini
Cara Mengubah File PrintScreen Menjadi File JPG

2.       Klik Start, All Program, cari Microsoft Office.


3.       Klik Microsoft Office, lalu klik Microsoft Office Tools.
Cara Mengubah File PrintScreen Menjadi File JPG

4.       Klik Microsoft Office Picture Manager.
Cara Mengubah File PrintScreen Menjadi File JPG

5.       Lalu Paste-kan hasil PrintScreen kita tadi.
Cara Mengubah File PrintScreen Menjadi File JPG

6.       Habis itu terserah anda, mau di edit lagi juga bisa (ukuran, crop, dll)
Cara Mengubah File PrintScreen Menjadi File JPG

7.       Klik Save dan Create File, hasilnya akan masuk di Libraries > Pictures.
Cara Mengubah File PrintScreen Menjadi File JPG

 Berikut hasilnya, sudah menjadi jpg
Cara Mengubah File PrintScreen Menjadi File JPG


Semoga berguna dan bermanfaat.

Sabtu, 27 Agustus 2016

DIY : Power Meter Sederhana Buat RF



DIY : Power Meter Sederhana Buat RF

Power Meter adalah suatu alat yang digunakan untuk mendeteksi power/kekuatan (Watt) dari output pada suatu alat atau rangkaian elektronik maupun elektrik. Bentuknya bermacam-macam, yang sering kita jumpai di pasaran biasanya berbentuk analog (jarum, VU) maupun digital (digit angka).
Pada kali ini saya akan bereksperimen membuat power meter untuk RF, dimana nantinya akan saya gunakan untuk mendeteksi power keluaran dari pemancar FM. Langsung saja kita lihat skemanya,
DIY : Power Meter Sederhana Buat RF

Gambar di atas merupakan skema power meter untuk RF, dimana output dari rangkaian tsb nanti di hubungkan ke VU meter sebagai pembacaannya. Sedang untuk inputnya, nanti di hubungkan ke output RF menggunakan konektor.
Rangkaian ini sebenarnya kombinasi dari rangkaian dummy load untuk RF, di lihat adanya rangkaian resistor yang di pararel sebanyak 6 buah, yang kalau di hitung akan bernilai 50 ohm. Nilai dari resistor sendiri bisa bervariasi, tergantung besarnya watt yang akan di ukur. Sebagai contoh skema di atas meggunakan R bernilai 300 ohm / 2 Watt ada 6 buah dipararel. Perhitungannya adalah 300 dibagi 6 sama dengan 50 ohm, sedang untuk powernya adalah 2 Watt dikali 6 = 12 Watt. Nilainya jadi 50 ohm / 12 Watt. Jadi rangkaian di atas sanggup menghandel power RF sebesar 12 Watt. Bagaimana kalau untuk power yang lebih dari 12 Watt?? Caranya gampang, tinggal kita ganti R nya saja, misal R-nya sebesar 1K/2Watt berjumlah 20 buah, loohh… kok banyak amat? Lha iya wong nantinya agar rangkaian tsb bernilai 50 ohm. Kan 1K(1000) dibagi 20 = 50, sedang untuk Watt-nya 2 x 20 = 40 watt.
Kenapa kok musti 50 ohm? Begini, untuk kabel transmisi dan atena buat RF biasanya untuk matchingnya dibikin 50 ohm, jadi sudah ketentuan dari pihak pabrikan kabel dan atena ditetapkan 50 ohm. Nah dummy load juga harus dibikin 50 ohm juga agar resistansinya menyamai atena. Karena ketika kita men-tuning pemancar RF tidak menggunakan antenna. Dummy load sendiri adalah beban buatan untuk membuang sinyal RF sebagaimana antenna. Sehingga transistor final RF tidak short/rusak.
Sebetulnya alat ini hanya digunakan untuk mendeteksi power yang keluar saja, kita tidak tahu berapa Watt yang dikeluarkan oleh pemancar tsb. Alat ini hanya sebagai patokan untuk mengetahui berapa besar power yang keluar. Misalnya power yang di keluarkan besar, maka jarum VU meter akan bergerak mentok kekanan. Sebaliknya jika power kecil, maka jarum akan bergerak sedikit saja atau bergerak ketengah.
DIY : Power Meter Sederhana Buat RF

Kita juga bisa mengganti nilai R7 (6k8 ohm) pada rangkaian diatas jika dirasa jarum VU mentok kekanan. Kita bisa menggantinya dengan nilai yang lebih besar lagi, misalnya menjadi 10k, 12k, 15k dan seterusnya.


DIY : Power Meter Sederhana Buat RF

Gambar di atas nampak alat tsb lagi digunakan, dari jarum VU menunjukan di tengah-tengah layar, berarti power yang dikeluarkan pemancar tsb yaitu sedang, ga kecil juga ga besar…. Yang sedang….sedang…..sajaa… hwe….hwe…hweee….hwee….
Sekian, semoga berguna dan bermanfaat….

Jumat, 26 Agustus 2016

BLENDung FM 88.9 MHz



BLENDung FM 88.9 MHz

Berawal dari sebuah hobi elektronik, merembet sampe nguplek2 radio FM tuner sekitar tahun 90an. Waktu itu sering denger orang ngebrik di radio FM pada frekuensi 88 MHz kebawah. Pada saat itu timbul keinginan untuk membikin brik sendiri. Kebetulan saat itu ada temen SMK yg ngerti tentang brik tsb dan sudah punya brik FM juga. Akhirnya, Tanya ke dia, berapa duit sampe jadinya (maklum dulu masih kantong pelajar). Singkat cerita, jadilah brik FM saya yg saat itu masih sederhana (bisa buat lokalan saja), saya pikir udah lumayanlah bisa ngebrik sambil ngumpulin kocek buat nebus transistor final yg lebih besaran lagi wattnya. Oya, waktu itu hanya menggunakan final c1971 saja dengan harga saat itu masih 15an ribu. Lumayanlah bisa mencakup Wonosobo, Magelang, dan sekitarnya (tempat saya Purworejo).
Singkat cerita lagi, sampai saat ini brik FM saya masih ada dan masih utuh, karena dulu pas saya tinggal merantau ke Jakarta, brik tsb disimpan di tempat sejuk dan terhindar dari sinar matahari. Hehehehee…. Hingga saat ini saya sudah males untuk brik2an di FM, ga tau kenapa, mungkin udah tua kali yee…
Dari pada brik tsb nganggur, akhirnya saya punya ide buat broadcast-an. Yahh,, itung2 buat ngehibur warga sini. Bermodalkan 1 laptop, osilator PLL stereo, pemancar, kabel RG58, dan antenna J-Pole (tadinya vertical 5/8 lambda), jadilah studio broadcast.  Ya studio broadcast aja sementara belum ada siarannya. Hehehee…
BLENDung FM 88.9 MHz

Pemancar broadcast ini hanya pake final c1971 bekas ngebrik dulu (mungkin hanya keluar 3-5 watt saja). Sedangkan osilator menggunakan PLL stereo BH1417F yg saya beli dari toko online seharga 150 ribu. Kenapa saya pake PLL tsb, tidak bikin sendiri saja osilatornya? Ya, semua itu karena kesetabilan sinyal (tidak geser) dan sudah ada encoder stereonya, sehingga lebih mantab kualitas audionya apalagi dipadukan dengan Stereo Tool (plug-in winamp) jadi seperti radio resmi saja. Hehehehe…..
BLENDung FM 88.9 MHz

Oya, kenapa kok namanya BLENDung FM, nama Blendung sendiri adalah dari nama sebuah desa yaitu di Kecamatan Purwodadi dan Kabupatennya Purworejo (wah… cah purworejo kie lek..). Dari pada bingung2 bikin nama yg keren mendingan nama desa sendiri aja deh… heheheee….
BLENDung FM 88.9 MHz

Sekian dulu deh, semoga bermanfaat dan menambah referensi anda